KABAR NAGARI, PADANG – Mantan Anggota DPRD Kota Padang tiga periode, Maidestal Hari Mahesa, angkat bicara terkait batalnya Kota Padang, menjadi tuan rumah kegiatan Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan Ke-16 yang akan digelar pada 20-25 Juni 2020 mendatang. Informasi tersebut diketahui dari Surat gubernur Sumatra Barat tertanggal 3 Desember 2019 kepada wali kota Padang.
Dalam surat bernomor 253/12975/DTPHP/12/2019 yang tersebut, disebutkan gubernur menindaklanjuti surat Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian (BPPSDMP). Kepala badan selaku penanggung jawab Penas Ke-16 dalam surat tertanggal 2 Desember 2019 itu, merekomendasikan agar lokasi Penas dipindahkan. Semula di Kota Padang, pindah ke Kabupaten Padang Pariaman.
Dengan adanya rekomendasi tersebut, gubernur Sumbar membatalkan surat tanggal 10 Juli 2017 yang menunjuk Padang sebagai tuan rumah. “Penunjukan Kota Padang sebagai tuan rumah pelaksanaan Penas Petani Nelayan XVI Tahun 2020, dinyatakan batal,” sebut surat yang ditandatangani Gubernur Irwan Prayitno itu.
Pria yang akrab disapa Esa ini dengan tegas menyampaikan, hal ini sangat-sangat memalukan bagi Pemerintah Kota Padang. “Memalukan…!!!” itulah kata singkat yang dikirim Esa kepada media ini, Senin 09 Desember 2019, malam.
Selain itu, Esa mengatakan, sebelumnya pemerintah Kota Padang selalu berdalih bahwa Padang siap untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini, bahkan dalam kegiatan bertaraf nasional lainnya. Namun dalam kenyataannya tidak.
“Kami secara jujur menyampaikan bahwa Pemko Padang ini, harus kita pertanyakan kepemimpinan dan keseriusan (Mahyeldi) dalam memimpin kota. Ataukah, beliau ini tidak fokus lagi untuk Kota Padang,? tanya Esa dalam keterangan tertulisnya.
Esa mengatakan, dengan batalnya penas ini akan berdampak ke perekonomian masyarakat, tidak hanya itu juga kepada pembangunan, pariwisata dan bisa saja terhadap investasi.
“Tidak mudah hal ini bisa berulang, yang tentunya pasti akan berdampak ke masyarakat serta perekonomian, ya ini jujur saja menurut saya ini kejadian yang memalukan,” papar Esa.
Esa menyampaikan, banyak hal yang saat ini harus dengan serius dikerjakan oleh Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah Contohnya saja masalah Gor H Agus Salim yang juga akan ditarik oleh pemprov.
“Belum lagi masalah kemasyarakatan yang masih banyak belum terselesaikan. Masalah kesehatan, RSUD yang sudah kami anggarkan dulu sebanyak 37 miliar pun gagal tender. belum lagi masalah terminal yang tidak kunjung ada,” tegas Esa.
Bahkan, kata Esa, Dinas Perhubungan juga mendapatkan warning akan ditariknya bus trans yang diberikan oleh pemerintah pusat.
“Saya khawatir, masih banyak lagi persoalan di pemerintahan kota yang belum terbuka satu persatu, dikarenakan beliau dalam memimpin kota padang ini saya lihat beliau tidak lagi fokus ,karena ambisi beliau yg ingin mengejar jabatan gubernur makanya banyak permasalahan yg muncul,” ujarnya.
Selain itu, Maidestal Hari Mahesa juga menyorot masalah PAD Kota Padang tahun ini, yang tidak sesaui dengan target. Ia memprediksi PAD Kota Padang paling tinggi hanya 65 persen.
“Belum lagi kalau kita lihat, masalah pekerjaan fisik dari pembangunan di Kota Padang yang saat ini banyak yang amburadul dan bahkan jadi bancakan oleh oknum-oknum,” kata Esa.
Banyak Hal lagi yang dilihat oleh Esa, salah satunya adalah persoalan jalan jalur dua jalan Hangtuah ke Olo Ladang yang hampir memakan waktu 10 tahun tidak juga terselesaikan.
“Banyak sekali persoalan di Kota Padang tampi semua pada bungkam, maksiat, LGBT, Narkoba yang makin meraja lela di Kota Padang hingga hari ini, apakah semuanya akan diam saja ?” tanya Esa.
Esa juga melihat, ada banyak permasalahan lainnya seperti pengairan untuk pertanian di kawasan Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung, Pasar Raya Blok Iwapi, Fase 7 yang tidak kunjung selesai. Belum lagi terminal angkutan kota yg juga janji pada periode sebelumnya.
“Kita sangat sayangkan, lembaga seperti DPRD pun lemah dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota Padang. jadi kami menghimbau kepada Walikota Padang, seriuskanlah kembali dan ingatlah sumpah dan janji jabatan serta janji saat kampanye dulu,” himbau Esa.
Esa bertanya, ada apa di Kota Padang saat ini, seakan kepemimpinannya tidak ada ? dilain sisi kata Esa, ia melihat Mahyeldi Ansharullah beliau ini hampir tiap hari berkunjung ke kabupaten Kota di Sumatera Barat. Bahkan juga keluar provinsi dan keluar negeri.
“Satu lagi, saya juga melihat ada hal yang paling berdampak saat ini, yaitu, masih banyaknya jabaran yang masih dirangkap atau statunya belum defenitif, saya menghimbau Walikota seriuslah dalam bekerja,” tegas Esa.
Terkait Penas, Esa mengatakan, hal ini bisa berdampak buruk terhadpa Kota Padang sendiri, sebab, jika seperti ini yang terjadi maka banyak pihak yang hilang kepercayaanya untuk melaksanakan agenda di Kota Padang.
“Semoga kejadian memalukan sepert ini tidak terulang kembali, pak Mahyeldi kan tamatan pertanian harusnya momentum ini bisa dapat diraih, tapi ya sudahlah,” tutup Esa.(KN1)
Komentar post